Aku mampu mendengar suara itu
hanya dikala hening...
Ketika yang terdengar hanya
untaian ayat-ayat-Nya
Jantung berdegup menanti
gema-gema cinta
Peluh terasa penuh kehangatan
Hening yang penuh kedamaian
Ketika kudengar suara merdu itu
di balik hijab
Sampaikan kata-kata cinta untuk
Sang Pencipta
Dalam sembah dan sujud ku
mengenalmu
Lewat suara yang menggetarkan
hatiku
Bahkan gema-gema suaramu masih
terdengar semu
Dalam hening...
MEMBEKU DALAM
KERINDUAN
oleh : Aridho
Finayah
Kerinduan berawal dari
penantian. Tanpa harapan maka tak kan ada pula penantian. Setiap insan
ciptaan-Nya tentu pernah menyimpan rindu dalam ruang hatinya. Udara yang
bersenandung atau bahkan kidung yang berkabung pun tak mampu mengusik
kerinduannya. Karena rindu lahir dari hati dan ditujukan untuk orang terkasih
yang namanya terukir di hati. Bukanlah tinta emas yang mengukirnya, tapi
ketulusan cintalah yang sanggup menciptakannya. Kerinduan seperti sekuntum
mawar. Semakin erat menggenggam kerinduan itu, maka yang terasa tinggallah luka
lara. Namun, ketika membiarkannya, satu per satu kelopak kerinduan itu akan
lepas terbawa angin. Apalagi, ketika kerinduan itu tertuju pada yang terkasih
namun ia telah pergi, tak kan pernah kembali. Yang tersisa hanya
bayangan-bayangan semu akan senyumnya, suaranya yang sayup-sayup terdengar, canda tawanya, aroma tubuhnya, dan kenangan kelam ketika
berada di sisinya dalam kebahagiaan melukis pelangi dalam kanvas kehidupan.
Setiap hawa maupun adam tentu pernah terpercik
tetes-tetes cinta. Entah cinta yang murni, atau ada setitik nila diantara
tetesan-tetesan itu. Hingga pada akhirnya cinta itu terpatri di sudut ruang
hati yang terdalam. Berawal dari fase yang penuh kebahagiaan, akhirnya insan
pun terbeku dalam kerinduan yang semakin sulit baginya untuk mencairkan
cinta-cinta yang dimiliki untuk diberikan kepada orang lain yang setia memberi
warna di kehidupannya. Mirisnya, cinta itutak setetes pula diberikan kepada Dzat yang menanamkan cinta dalam
hatinya. Bukankah, sejak hadir di dunia ini cinta telah ada dalam setiap insan
yang beriman sebagai tanda cinta-Nya yang tulus kepada umat-Nya.
Pernahkah sedetik pun
nama-Nya hadir dalam benak ? Atau barangkali tak pernah sedikit pun ada rindu
yang menunggu untuk menghampiri-Nya. Pernahkah insan menyadari betapa noda-noda
dalam jiwa dan hati ini membumbung tinggi ? Padahal, rahmat yang ia berikan
begitu agung. Pernahkah selaksa cinta tercipta untuk-Nya ? Atau telah keringkah
cinta ini untuk-Nya ?
Kalau saja raga dan hati
ini mampu berbicara. Tentu mereka akan murka dan menangis karena wajah indah
yang Ia berikan tak pernah sekalipun basah dalam bulir-bulir doa. Bibir ini
kering, tak pernah sekalipun menyebut nama-Nya, dan kala nyanyian adzan
berkumandang, tak sedikit pun kaki ini beranjak untuk memenuhi panggilan-Nya.
Sungguh, tak setetes pun kerinduan mengalir dari hati. Yang tertinggal hanyalah
jiwa yang membeku dalam kerinduan akan surga duniawi. Bukan kerinduan untuk berjumpa
dengan-Nya dalam kebahagiaan surga abadi.
Betapa kejam dan hinanya
diri ini yang tak pernah membuka bahkan membaca surat-surat cinta dari-Nya.
Barangkali inilah ironi terbesar dalam hidup insan kepada Sang Pencipta Insan
itu sendiri. Insan telah membiarkan dirinya terkurung dalam sangkar emas dimana
waktu telah membeku dan kerinduan yang mendera.
Jika ada peribahasa yang
menyatakan bahwa air susu dibalas dengan air toba. Ini tidak berlaku bagi-Nya.
Tetaplah Ia dengan tulus ikhlas membalas kemunafikan umat-Nya dengan rahmat dan
kasih sayang yang tak bertepi. Seluas apapun dosa yang disemai oleh umat-Nya
dalam ladang kehidupan, Allah akan menerima kembali setiap insan ciptaan-Nya
dalam pelukan penuh kasih. Tak ada satu pun insan yang mampu lari dari kesalahan.
Namun, selalu ada jalan untuk kembali pulang. Akan selalu ada yang mencairkan
kerinduan yang membeku. Dan akan selalu terbuka pintu maaf bagi setiap
umat-Nya. Inilah yang membuatAbdullah
Gymnastiar berani untuk menyampaikan kata bukti cinta seperti berikut, “Putuskan
setiap harapan selain kepada Allah, putuskan setiap kerinduan selain rindu
ingin berjumpa dengan Allah.”
Semoga selaksa cinta
dalam secawan rindu akan tumbuh dalam istana hati ini. Melangkah untuk
membasahi cinta yang telah kering dengan tetesan doa dan syukur. Membiarkan hati
membeku dalam kerinduan yang hakiki. Kerinduan untuk Sang Pemilik Sejati.
Hingga maut menjemput nanti. Menyempatkan sejenakuntuk membalas surat-surat cinta yang dikirim
oleh-Nya meskipun lingkaran waktu telah membelenggu. Dan selamanya melabuhkan
hati dalam dermaga rindu untuk Sang Pemilik Rindu.
Aku mengenalmu dalam lingkaran kecil
Hingga waktu tak mampu mengelaknya
Dan setan pun tak kuasa melarangnya
Aku mendekatimu karena rasa
Karena kamu berbeda dengan dia, dia, dan dia
Kecantikanmu melebihi mawar yang merekah sekalipun
Kilau mutiara pun tak mampu menandingi kilau imanmu
Aku dan kamu dalam satu
Satu Iman
Satu Aqidah
Satu Rasa
Saat aku merasa sakit, kamu pun ikut merasakan sakitnya
Saat aku menangis, tangan lembutmu yang menghapusnya dan kamu pula yang menjadi alasanku untuk tersenyum
Saat aku bahagia, kamu pun ikut merasa meskipun hatimu tak sebahagia yang kurasakan
Dan saat aku mulai menjauh dalam lingkaran kecil itu, kamu menarikku karena satu alasan :
" Aku ingin kita bersama, tidak hanya raga, tetapi hati ini pun jua. Aku bahagia bila kita kelak bersama-sama dalam kenikmatan Surgawi-Nya "
Ana sayang anti, melebihi apa yang anti tahu.
Teruntuk teman-teman halaqahku :)
Fitrah manusia menyukai kecantikan dan inginkan kecantikan. Cantik itu adalah anugerah. Namun, percaya atau tidak, cantik itu juga sebenarnya merupakan satu ujian. Tetapi perlu diingat bahawa cantik itu adalah amat subjektif.
Barangkali ada yang memiliki wajah cerah dan licin tetapi tidak nampak seri, barangkali ada pula yang gelap dan biasa saja tetapi begitu manis dipandang.
Cahaya iman mungkin?
Berbalik kepada tajuk. Cantik adalah ujian. Mengapa begitu?
Cantik sebagai anugerah
1. Meningkatkan rasa syukur
2. Keyakinan diri tinggi
3. Sedap mata memandang
4. Maintanance rendah (sepatutnya)
5. Apabila dikecapi apabila sebelumnya biasa-biasa
Si cantik yang mempunyai wajah licin bersih, pastinya akan bersyukur karena tidak perlu berat kepala memikirkan bagaimana untuk mengatasi masalah kulit sekaligus mengurangkan kos perawatan muka dan sebagainya. Begitu juga akan membolehkan si cantik yakin melangkah.
Dan paling boleh dianggap sebagai anugerah sekiranya mereka yang boleh dianggap biasa saja sebelum ini, kini dianugerahkan dengan rupa paras menarik. Pasti ramai yang mula tertarik.Cantik sebagai ujian
1. Dijadikan bahan komersial
2. Disayangi hanya kerana rupa
3. Menimbulkan riak dalam hati
4. Apabila nikmat cantik ditarik sekelip mata
Si cantik biasanya menjadi pilihan untuk melariskan berbagai produk di pasaran.
Si cantik juga seringkali menjadi mangsa jerat cinta si jejaka yang mementingkan rupa semata-mata. Apabila cantik itu hilang, maka hilanglah cinta Sang Pencinta juga. Bukankah itu juga satu ujian? Lebih baiklah mereka yang sederhana paras rupa, yang diyakini disayangi bukan karena rupa semata-mata.
Riya' pula? Seringkali wujud rasa iri hati di kalangan sesetengah individu yang berasa kurang senang dengan kecantikan yang dimiliki orang lain, dan seringkali juga wujud segelintir si cantik rupa yang memandang rendah pada yang lain hanya karena mereka memiliki aset wajah menarik.
Apa pun, ujian terbesar ialah apabila kecantikan itu ditarik dan hilang sekelip mata. Hilanglah keyakinan diri, hilanglah semangat, dan tidak mustahil hilanglah sebahagian besar mereka yang seringkali menjadi pendamping selama ini.
Kesimpulannya, bersyukurlah dengan apa yang ada karena semuanya tidak kekal selamanya. Dikutip dari www.iluvislam.com ( dengan sedikit perubahan)